Masa
kecil adalah masa-masa yang paling bahagia dan indah, tanpa harus keluar banyak
uang kita bisa mendapatkan hal itu dengan mudah asalkan teman dan lahan bermain
tersedia. Diawal tahun 90an, anak-anak seumuran termasuk aku ketika itu
menginjak awal Sekolah Dasar sangat suka bermain diluar rumah apalagi kalau
bermain dialam bebas, karena hal ini menjadi acuan kehebatan anak-anak masa
itu. Semisalnya bermain layangan, ketika main layangan anak-anak pasti saling
berkompetisi untuk menjadi yang terbaik diantara layangan yang diterbangkan
oleh anak-anak lainya. Saat mengadu layangan semua mata akan tertuju pada dua
layangan yang saling beradu dan kemampuan siempunya diuji disini, dan ketika
salah satu memenangakan pertandingan tersebut, pemenang dengan bangganya akan
memainkan naik-turun layanganya seperti pesawat tempur selesai mengebom
musuhnya dan menguasai angkasa, dan itu sebagian kecil cerita masa kecil yang
sangat berkesan.
Dari
semua tahapan bermain layangan, menurutku yang paling menarik adalah ketika
anak-anak kampungku waktu itu kehabisan layang-layang, maka mereka akan menjadi
pengejar layangan putus ramai-ramai, hal ini sangat menarik dan lebih menantang
dari pada bermain adu layangan, karena kita bisa adu kecepatan berlari,
menghindari rintangan, melompat, keberanian melewati medan sulit seperti pagar,
sungai, sawah dan tidak jarang menaiki rumah ataupun gedung yang cukup tinggi
untuk mengambil layangan putus. Kebanggaan adalah harga yang terbayar, jika
dipunggung terdapat minimal dua layangan yang kita dapatkan dari mengejar
layangan ini.
“Woy,
layangan pedot...!!!” begitulah kira-kira jika ada layangan putus dan tanpa
pikir panjang semuanya langsung berlari menuju tempat jatuhnya layangan
tersebut, dan saat benang ataupun layangan yang dapat ditangkap salah satu anak
yang mengejar dengan cepat langsung memberikan teriakan lantang, “kenek
ee..!!!”. Hingga saking asiknya mengejar layangan-layangan putus, banyak dari
kita yang pulang larut dan ketika sampai rumah juga tidak sedikit yang mendapat
marah dari kedua orang tuanya, sampai-sampai ada yang tertabrak kendaraan
ketika sedang mengejar layangan putus tersebut. Dan saat kita sedang mengaji
kadang masih sempat melihat layangan keatas dan jika ada yang putus, serentak
keluar masjid dan mengejarnya. Benar-benar masa kecil yang penuh keceriaan dan
petualangan.
Mlg,
041215