Tuesday, April 12, 2016

Layangan Putus

Masa kecil adalah masa-masa yang paling bahagia dan indah, tanpa harus keluar banyak uang kita bisa mendapatkan hal itu dengan mudah asalkan teman dan lahan bermain tersedia. Diawal tahun 90an, anak-anak seumuran termasuk aku ketika itu menginjak awal Sekolah Dasar sangat suka bermain diluar rumah apalagi kalau bermain dialam bebas, karena hal ini menjadi acuan kehebatan anak-anak masa itu. Semisalnya bermain layangan, ketika main layangan anak-anak pasti saling berkompetisi untuk menjadi yang terbaik diantara layangan yang diterbangkan oleh anak-anak lainya. Saat mengadu layangan semua mata akan tertuju pada dua layangan yang saling beradu dan kemampuan siempunya diuji disini, dan ketika salah satu memenangakan pertandingan tersebut, pemenang dengan bangganya akan memainkan naik-turun layanganya seperti pesawat tempur selesai mengebom musuhnya dan menguasai angkasa, dan itu sebagian kecil cerita masa kecil yang sangat berkesan.


Dari semua tahapan bermain layangan, menurutku yang paling menarik adalah ketika anak-anak kampungku waktu itu kehabisan layang-layang, maka mereka akan menjadi pengejar layangan putus ramai-ramai, hal ini sangat menarik dan lebih menantang dari pada bermain adu layangan, karena kita bisa adu kecepatan berlari, menghindari rintangan, melompat, keberanian melewati medan sulit seperti pagar, sungai, sawah dan tidak jarang menaiki rumah ataupun gedung yang cukup tinggi untuk mengambil layangan putus. Kebanggaan adalah harga yang terbayar, jika dipunggung terdapat minimal dua layangan yang kita dapatkan dari mengejar layangan ini.

“Woy, layangan pedot...!!!” begitulah kira-kira jika ada layangan putus dan tanpa pikir panjang semuanya langsung berlari menuju tempat jatuhnya layangan tersebut, dan saat benang ataupun layangan yang dapat ditangkap salah satu anak yang mengejar dengan cepat langsung memberikan teriakan lantang, “kenek ee..!!!”. Hingga saking asiknya mengejar layangan-layangan putus, banyak dari kita yang pulang larut dan ketika sampai rumah juga tidak sedikit yang mendapat marah dari kedua orang tuanya, sampai-sampai ada yang tertabrak kendaraan ketika sedang mengejar layangan putus tersebut. Dan saat kita sedang mengaji kadang masih sempat melihat layangan keatas dan jika ada yang putus, serentak keluar masjid dan mengejarnya. Benar-benar masa kecil yang penuh keceriaan dan petualangan.



Mlg, 041215