Dalam sebuah pengajian di pondok pesantren magelang, seorang jama'ah bertanya pada kiai.
“Jika kita melihat negara lain di luar, kelihatannya lebih maju dan lebih makmur daripada kita. Padahal tidak ada ulama dan mereka tidak menerapkan islam dalam kesehariannya. Bagaimana pandangan pak kyai tentang hal ini?”
Pak kyai balik bertanya, “Contone negoro sing luwih maju seko awake dewe ki sing endi?”
“Amerika pak kyai”
“Amerika sing luwih maju opone?” Pak kyai balik bertanya,
“Contoh negara yang lebih maju dari negara kita itu negara yang mana?”
Jama’ah tadi menjawab, “Amerika pak kyai”
Pak kyai kembali menjawab, “Amerika yang lebih maju apanya?” Jama’ah pun tertawa semua.
Pak kyai melanjutkan, “Saya ceritain ya, di Amerika itu kelas professor saja handphone nya Nokia jadul. Di sini tukang batu dan pekerja kasar saja sudah punya smartphone. Saya tidak paham mengapa Amerika sampeyan bilang lebih maju, apanya yang lebih maju. Daya beli mereka rendah. Mereka gajinya besar tapi harga barangnya mahal. Di sini tidak punya gaji tetap saja berani nikah.
Indonesia daya belinya dahsyat. Kalo tidak percaya, coba ke Singapura. Kalau penjual toko tahu yang akan belanja itu orang Indonesia, harganya dinaikkan. Di Mekkah, di Vietnam, kita belanja pasti harganya dinaikkan, soalnya mereka menganggap semua orang Indonesia kaya. Amerika apanya yang lebih maju?
Di Jepang orang biasa tidak bisa beli sepeda motor. Di sini dengan modal duit 500 ribu saja, motor sudah diantar langsung sampai rumah. Di Jepang juga sulit mencari teman juga tetangga, apalagi warna kulit kita beda, lha di sini, asal kita masih hafal Pancasila, semua itu teman kita semua, semua itu saudara kita. Apanya yang lebih maju?
Di sini kita semua bisa nonton liga Inggris, liga Spanyol, liga Champion dengan bebas. Di Inggris kita harus bayar, malah ada yang harus inden tiga bulan hanya untuk nonton sepak bola. Seperti itu disebut lebih maju?
“Jika kita melihat negara lain di luar, kelihatannya lebih maju dan lebih makmur daripada kita. Padahal tidak ada ulama dan mereka tidak menerapkan islam dalam kesehariannya. Bagaimana pandangan pak kyai tentang hal ini?”
Pak kyai balik bertanya, “Contone negoro sing luwih maju seko awake dewe ki sing endi?”
“Amerika pak kyai”
“Amerika sing luwih maju opone?” Pak kyai balik bertanya,
“Contoh negara yang lebih maju dari negara kita itu negara yang mana?”
Jama’ah tadi menjawab, “Amerika pak kyai”
Pak kyai kembali menjawab, “Amerika yang lebih maju apanya?” Jama’ah pun tertawa semua.
Pak kyai melanjutkan, “Saya ceritain ya, di Amerika itu kelas professor saja handphone nya Nokia jadul. Di sini tukang batu dan pekerja kasar saja sudah punya smartphone. Saya tidak paham mengapa Amerika sampeyan bilang lebih maju, apanya yang lebih maju. Daya beli mereka rendah. Mereka gajinya besar tapi harga barangnya mahal. Di sini tidak punya gaji tetap saja berani nikah.
Indonesia daya belinya dahsyat. Kalo tidak percaya, coba ke Singapura. Kalau penjual toko tahu yang akan belanja itu orang Indonesia, harganya dinaikkan. Di Mekkah, di Vietnam, kita belanja pasti harganya dinaikkan, soalnya mereka menganggap semua orang Indonesia kaya. Amerika apanya yang lebih maju?
Di Jepang orang biasa tidak bisa beli sepeda motor. Di sini dengan modal duit 500 ribu saja, motor sudah diantar langsung sampai rumah. Di Jepang juga sulit mencari teman juga tetangga, apalagi warna kulit kita beda, lha di sini, asal kita masih hafal Pancasila, semua itu teman kita semua, semua itu saudara kita. Apanya yang lebih maju?
Di sini kita semua bisa nonton liga Inggris, liga Spanyol, liga Champion dengan bebas. Di Inggris kita harus bayar, malah ada yang harus inden tiga bulan hanya untuk nonton sepak bola. Seperti itu disebut lebih maju?
#islamsantun